Tips Menghadapi Ujian Nasional

Tips Menghadapi Ujian Nasional yang berisi tips untuk membantu pembaca sekalian yang akan menghadapi Ujian Nasional.

Asal Mula Telaga Sarangan

Telaga Sarangan Berada di lereng gunung lawu Magetan,Jawa Timur. dan memiliki keindahan yang luar biasa.

Filosofi-Filosofi Jawa

Selamat datang di blog saya.

Slide 4

Selamat datang di blog saya.

slide 5

Selamat datang di blog saya.

Translate ( Terjemahan )

Saturday, October 1, 2016

Cerpen Hobiku Yang Mahal Haraganya



Hobiku yang mahal Harganya


D
inginya angin malam di Kota Dingin ini membuatku membeku bak gunung es di kutub utara. Di sebuah istana yang hanya beratapkan asbes ini aku tinggal bersama satu-satunya orang hebat yang pernah ada di dalam hidupku, ia adalah ibuku. Aku,Rosita seorang gadis remaja yang beranjak dewasa ini mulai mencoba melawan serbuan hawa dingin ini dengan secangkir teh hangat di tanganku. Ditemani indahnya ribuan kunang-kunang di halaman depan rumah sederhana ku ini, membuat hati ini menjadi damai dan tentram. Tak terasa waktu telah berputar begitu cepat hingga menunjukkan pukul 22.00 WIB. Segera aku menuju kamar mewah ku yang hanya beralaskan kasur lipat itu, untuk segera berhibernasi seperti beruang kutub yang sedang kedinginnan. Serasa baru sebentar aku memejamkan kedua mataku ini, suara ayam jago terdengar lantang memecah gendang telingaku sehingga membuatku bangun dari hibernasi singkat ku ini. Ketukan pintu dan suara Ibuku membuatku harus segera beranjak keluar dan segera untuk mandi dengan air es yang membuat tubuhku menggigil.
“ Ita, Segera mandi ! kalau tidak mau sandal baja ibu yang butut ini terbang mengenaimu” Ujar Ibu dengan nada keras
“ Iya bu, Ita sudah di kamar mandi” Jawabku dengan lantang
Ibuku memang keras, ia mendidik ku dari kecil dengan penuh ketegasan karena semenjak ayahku meninggal, ibu lah yang harus menggantikan semua peran ayah dalam hidupku. Perlahan aku mulai sadar jika ibu bersikap keras padaku, hal itu dimaksudkan agar aku dapat menjadi pribadi yang kuat,disiplin,pantang menyerah di kemudian hari kelak. Alhamdullilah semua yang telah dilakukan ibuku tidaklah sia-sia , terbukti dengan diriku yang tidak mudah menyerah dalam menghadapi cemooh-cemooh warga sekitar terhadap hobiku yang mungkin dimata mereka, mereka menganggapnya hobi yang kuno, kampungan ataupun tidak trend. Bermain musik Tradisional/Gamelan (Karawitan) dan menari tarian daerah adalah separuh dari diriku yang membuat seluruh sel dan organ didalam hidupku dapat bersatu membentuk suatu kesatuan yang utuh. Sang Surya perlahan mulai menampakkan kegagahan, membuatku harus segera beranjak menuju rumah kedua bagiku, yaitu sekolahku. Salah satu sekolah kejuruan yang favorit di kotaku.
Bel sekolah mulai berdering kencang membuat semua siswa berlari agar terhindar dari telat, karena gerbang akan segera ditutup. Hari itu disekolah merupakan hari yang sangat menyenangkan bagiku, karena kelompok seni di sekolahku berkesempatan untuk mengikuti ajang Seni Pelajar tahunan di tingkat provinsi, dan alhamdullilah aku menjadi salah seorang siswa dari Seni Daerah yang ditunjuk untuk mewakili sekolahku diajang tersebut. Hal itu membuat hatiku sangat bangga dan tidak percaya bisa menjadi wakil sekolah di ajang bergengsi itu. Namun di lain sisi Vera, teman terbaikku dalam Seni Tari tidak terpilih untuk mengikuti ajang tersebut. Di lain sisi aku memang bahagia tapi di sisi lain aku bimbang antara aku harus menerima tawaran itu atau tidak, aku merasa sangat tidak enak dengan Vera karena ia dari dulu sangat berambisi agar bisa mengikuti ajang tersebut. Semua hal itu membuatku menjadi gelisah dan bimbang, aku mecoba untuk menenangkan diriku dengan memainkan salah satu lagu kesukaanku dengan teman-teman karawitan ku di arena terbuka di sekolahku. Setelah selesai kami memainkan satu lagu itu, Vera berbisik kepadaku,
“Ta, aku mau ngomong berdua sama kamu” Ujar, Vera.
“Iya Ver, mau ngomong apa?” jawabku segera.
“Jadi gini Ta, sebenernya aku tau apa yang sedang menganggu pikiranmu saat ini. Kamu pasti memikirkan naisibku mengenai ajang Seni tahunan itu. Tenang aja Ta,aku gak papa kok. Mungkin itu memang bukan keberuntunganku, jadi kamu terima aja tawaran itu. Tawaran itu datang Cuma sekali lo, jadi jangan sampai kamu sia-siakan Ta.” Jawab Vera dengan nada lembut.
“Tapi Ver, aku nggak enak sama kamu, kan dari dulu yang sangat berambisi untuk bisa mengikuti ajang itu kan kamu. Jadi lebih baik aku mengundurkan diri saja, Ver.” Jawabku lantang
“Tidak Ta, sudahlah pokoknya  kamu harus terima tawaran itu, karena dengan ajang itu kamu dapat membantu dan membuat Ibumubangga terhadap kamu, dan membuktikan kepada semua orang yang telah memandang remeh hobi kita ini menjadi lebih terbuka dan mau untuk ikut melestarikan kebudayaan kita, Ta. Pokonya kamu harus ikut !” Ujar Vera dengan tegas.
“Bailkah Ver, jika itu keinginanmu aku akan berusaha untuk menampilkan yang terbaik di ajang nanti.” Jawabku dengan semangat.
          Hari demi hari,perlahan telah terlewati dengan penuh latihan keras bak tentara yang sedang mendapat pelajaran militer. Aku dan teman-temanku yang mewakili sekolah di ajang Seni tingkat provinsi itu terus bersemangat mesiki banyak siswa lain mencemooh kita, dan mereka mengatakan bahwa “Kalian itu kampungan,kuno, nggak modern”.
Mendengar celotehan mereka aku menjawab “ Memangnya apa yang sudah kalian lakukan untuk negeri ini? Dengan lagu lagu barat?” Ujarku tegas
“Itu kan trend, modern lagi. Daripada kalian kampungan.” Ujar mereka keras.
“ Lalu bagaimana dengan para bule/warga negara sing yang justru lebih tertarik untuk mempelajari kebudayaan kita, apa mereka juga kampungan? Kami melakukan ini karena kami bangga menjadi warga Indonesia yang memiliki kebuayaan yang melimpah, khususnya daerah kita (Jawa) yang memiliki budaya yang berbudi luhur. Kami melakukan ini, karena kami juga peduli terhadap kebudayaan bangsa kita yang perlahan mulai tergerus dengan westernisasi dan modernisasi jaman ini. Karena kalau bukan kita siapa lagi yang mau melestarikan kebudayaan ini dan jika tidak sekarang kapan lagi, apa mau menunggu kebudayaan kita ini punah dan hilang? Sebenarnya hobi kami ini sangat mahal harganya, karena hanya orang-orang pilihan yang bisa melakukan hal ini” Jawabku dengan lantang.
Mereka lalu diam dan pergi. Tak terasa hari yang telah ditunggu-tunggu tiba, ajang seni pelajar tahunan itu mulai digelar. Perasaan berdebar bagaikan jantung ini akan lepas menyelimuti hati kami. Peserta dari daerah lain yang akan membawakan tarian modern modern dances, menghampiri kami dan berkata “pasti kalah, kalian kampungan gak bermutu, lebih baik pulang saja”. Mendengar hal itu kami bukan malah semakin menyerah, tetapi kami semakin yakin dan semanagat untuk membuktikan bahwa apa yang mereka katakan itu salah besar. Detik demi detik jarum jam mulai menunjukkan waktu kami tampil. Tibalah saatnya giliran kami untuk menampilkan karya seni yang telah kami perjuangkan selama kurang lebih satu bulan ini. Perlahan tapi pasti kami mulai naik ke atas panggung dan menampilkan kesenian daerah kami yang berjudul Sendratari Jalak Lawu sebuah tarian dengan filosofi flora khas dari daerah kami yang sangat langka dan menggambarkan kekuatan dan keindahan alam anugerah dari Tuhan kepada kami dengan iringan musik tradisional jawa/gamelan. Perasaan bangga dan haru menghampiri kami saat para penonton dan dewan juri standing applause melihat penampilan kami. Salah satu juri berkata “Kalian sungguh luar biasa, jarang terdapat pelajar yang mau membawakan kesenian daerahnya, mereka cenderung lebih tertarik membawakan hal-hal modern. Kalian hebat!” Mendengar hal itu terlintas dihatiku jika aku telah mampu membuktikan kepada semua orang bahwa, kesenian tradisional bukanlah hal kuno/kampungan melainkan suatu kebanggan bisa ikut turut melestarikan kebudayaan daerah yang mulai punah ini.
Tibalah saat-saat yang sangat mendebarkan, pengumuman hasil lomba bagaikan panggilan maut malaikat izrail kepada kami. Dewan juri menyebutkan beberapa kategori pemenang hingga juara 2 lomba ini. Perasaan sedih dan gelisah menimpaku, “Apakah kami memang harus kalah, karena apa yang kami tampilkan ini kampungan?” Semua hal yang telah terlintas di benakku terbantahkan dengan pengumuman dewan juri, jika sekolah kami berhasil menjadi juara 1 dari lomba seni pelajar tahun ini. Perasaan yang mulanya gelisah menjadi bahagia yang tak terhitung bagi kami, hanya rasa syukur dan bangga yang dapat kami rasakan. Dari hal itu kami percaya bahwa hobi kami memang mahal harganya.