Tips Menghadapi Ujian Nasional

Tips Menghadapi Ujian Nasional yang berisi tips untuk membantu pembaca sekalian yang akan menghadapi Ujian Nasional.

Asal Mula Telaga Sarangan

Telaga Sarangan Berada di lereng gunung lawu Magetan,Jawa Timur. dan memiliki keindahan yang luar biasa.

Filosofi-Filosofi Jawa

Selamat datang di blog saya.

Slide 4

Selamat datang di blog saya.

slide 5

Selamat datang di blog saya.

Translate ( Terjemahan )

Sunday, March 15, 2015

Filosofi-Filosofi Jawa

Hasil gambar untuk filosofi jawa        Filosofi-Filosofi Wong Jawa

     Assalamualaikum Wr... Wb...

      Banyak kebudayaan dan filosofi- filosofi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, terlebih Jawa, diantaranya wayang kulit,gamelan,gambyong,aksara jawa dan kebudayaan kebudayaan lainnya. Namun sangat disayangkan generasi muda saat ini lebih tegiur dengan budaya-budaya yang diperlihatkan oleh orang-orang barat, bukannya kita harus menolak budaya barat tersebut, namun kita harus pintar pintar menyeleksi kebudayaan barat yang masuk ke negara kita. Kita juga tidak boleh melupakan kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki bangsa kita. Kita sebagai generasi muda)harus tetap merawat dan juga kita lestarikan. Kali ini, saya akan memposting beberapa filosofi-filosofi Jawa yang pernah saya dengar. 

1. Urip Iku Urup
       Hidup itu Nyala, Dalam Hidup hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, serta lebih banyak manfaat yang akan kita terima.
.2. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi  oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi, serta segala apapun yang menyangkut duniawi
3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
      Segala sifat keras hati, picik, angkara murka,(sifat tercela) hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.
4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
      Berjuang tanpa perlu membawa massa/prajurit. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan orang lain. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan yang kita miliki. Kaya tanpa benda. 
5. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
      Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan agar tercipta kerukunan umat manusia; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
6. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan 
     Jangan mudah sakit hati apabila musibah/cobaan menimpa diri kita. Jangan sedih apabila kita kehilangan sesuatu yang kita punya.
7. Aja Gumunan, .Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut.dan Jangan mudah marah,nesu dan manja.
8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai dan palin benar,agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang/ dusta agar tidak celaka/ sengsara.
9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir macam-macam agar tidak lepas niat dan semangat.
10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan Merasa bahwa diri kita lebih baik, lebih kompeten dan lebih segala- galanya dari orang lain
11. Mulat salira tansah eling lan waspada.
Jadi orang itu harus senantiasa mawas dhiri,eling lan waspada dengan kehidupan yang kita jalani.
12. Pangucap iku bisa dadi jalaran kabecikan,pangucap iku uga bisa dadi kasengsaran.
Ucapan bisa menjadi sarana kebaikan,tetapi sebaliknya juga bisa menjadi sebab kematian dan kesengsaraan. jadi kita harus pandai pandai menjaga ucapan kita.
13. Begja begjane kang lali, luwih beja yen eling lawan waspadha.
Seberuntung beruntungnya orang yagn lupa dhiri itu, masih beruntung orang yang senantiasa eling/ ingat dan waspada.
14. Nanging ora ateges gampang pepes kentekan pengarep-arep
Akan tetapi bukan berarti sesuatu itu gampang dan mudah kehabisan/ kehilangan pengharapan.
15. Janma tan kena kinira kaya ngapa. 
Sifat / kepribadian manusia itu sulit di tebak seperti apa dan bagaimana.
Hasil gambar untuk suro ing kraton
Peringatan menyambut 1 Muharam
Hasil gambar untuk wayangan
Wayang Kulit (Salah satu kebudayaan Jawa)


 

 "Muga-muga filosofi-filosofi wonten nginggil mau, saged maringi tuladha kang becik, kang saged dilakoni anggone ngaurip uga saged maringi kaweruhan dhumateng kita sedaya" (Semoga filosofi diatas dapat memberikan kita contoh yang baik, yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.).......

 

Sekian,
Wassalamualaikum Wr...Wb...

Wednesday, March 11, 2015

Asal Usul Telaga Sarangan

ASAL USUL TELAGA SARANGAN

Hasil gambar untuk telaga sarangan
Telaga Sarangan

         Dahulu hiduplah seorang Kyai Pasir dan istrinya Nyai Pasir, yang hidup di hutan gunung Lawu.
Pada suatu hari pergilah Kyai Pasir ke hutan dengan maksud bertanam sesuatu di ladangnya, sebagai mata pencaharian untuk hidup sehari-hari. Oleh karena ladang yang akan ditanami banyak pohon-phon besar, Kyai Pasir terlebih dahulu menebang beberapa pohon besar itu satu demi satu.Tiba-tiba Kyai Pasir terkejut karena mengetahui sebutir telur raksasa yang terletak di bawah pohon pinus. Kyai Pasir segera pulang membwa telur itu dan diberikan kepada isterinya.

        Akhirnya  telur temuan itu direbus. Lalu Dimakannya telur itu oleh Kyai Pasir dan Nyai Pasir dengan lahapnya. Kemudian badannya terasa panas, sehingga Kyai Pasir dan Nyai Pasir tidak mampu menahan sakit itu dan akhirnya rebah ke tanah.  Dalam keadaan yang seperti ini Kyai Pasir berguling-guling di tanah, berguling kesana kemari dengan dahsyatnya hingga ke barat dan Nyai Pasir sedikit berguling ke timur.  Tiba-tiba badanya berubah wujud menjadi ular naga yang besar, Kedua naga itu akhirnya berguling-guling kesana kemari dan membentuk suatu cekungan,Cekungan itu makin lama makin luas dan dalam. Dalam waktu sekejap saja, cekungan itu sudah penuh dengan air dan ladang Kyai Pasir berubah wujud mejadi kolam besar yang disebut Telaga. Telaga ini oleh masyarakat setempat terdahulu dinamakan Telaga Pasir, karena telaga ini terwujud disebabakan oleh ulah Kyai Pasir yang membentuk cekungan (Telaga Sarangan) dan Nyai Pasir yang juga membentuk cekungan (Telaga Wahyu/Wurung).

Hasil gambar untuk telaga sarangan
Telaga Sarngan
Hasil gambar untuk telaga wahyu
Telaga Wahyu


       Sejak itu, setahun sekali, tepatnya pada bulan Ruwah, di telaga ini diadakan acara larung sesaji. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat desa. Dalam upacara ritual ini, warga melarung persembahan atau sesaji ke tengah telaga.dan dihadiri oleh Bupati Magetan serta masyarakat Magetan bahkan turis mancanegara juga ikut melihat prosesi larung sesaji, yang juga diiringi olej musik gamelan.